TRIBUNJAMBI.COM, BEIJING — Seorang anak balita berusia tiga tahun
tewas digilas sebuah buldoser ketika keluarganya berusaha menghalangi
penggusuran tanah mereka yang akan diubah menjadi kompleks bangunan
baru.
Kejadian tragis tewasnya Hong Xiaorou —nama anak balita itu— terjadi di Zhangzhou, Provinsi Fujian, China.
Keluarga si anak balita tengah terlibat sengketa tanah dengan
pengembang dan berupaya sekuat tenaga mencegah para pekerja meruntuhkan
kediaman mereka.
"Mana yang lebih penting nyawa manusia atau penyitaan tanah?" kata Hong Bingsheng, ayah si anak balita malang.
Pertanyan Hong Bingsheng itu dijawab dengan tenang oleh petugas penggusuran.
"Penyitaan tanah lebih penting," kata petugas itu.
Petugas pun terus menjalankan buldosernya yang kemudian melindas anak
balita malang yang kebetulan berada di lintasan alat berat tersebut.
Hong Bingsheng dan keluarganya kemudian membawa jasad Xiaorou ke kantor pemerintah lokal untuk mengajukan protes.
Sejumlah foto yang beredar di situs Sina Weibo, semacam Twitter versi
China, menampilkan jasad balita itu yang dibaringkan di atas sebuah
meja di sebuah ruangan kantor. Sementara seorang perempuan—kemungkinan
besar ibunya—menangis di samping jasad mungil itu.
Hong Bingsheng mengatakan, keluarganya tengah bernegosiasi terkait ganti rugi penggusuran tanah dan bangunannya.
Namun, Hong mengklaim, para pekerja konstruksi tengah mengejar target
untuk membangun proyek properti baru di tahap pembangunan selanjutnya.
"Kami tinggal di zona pembangunan dan mereka berniat membeli tanah
kami. Sejauh ini kami belum sepakat soal kompensasi dan kini mereka
membunuh putri saya dengan sebuah buldoser," ujar Hong tercekat.
Sayangnya, pembelaan tidak mereka peroleh dari pejabat dan kepolisian
setempat. Mereka mengatakan, kediaman dan tanah milik Hong Bingsheng
tidak menjadi target penggusuran.
"Tidak ada penghancuran. Anaknya memang tewas karena tanpa sengaja
tertabrak buldoser saat mereka tengah meratakan tanah. Saat itulah anak
tersebut menyelinap dan bermain di area pembangunan," kata seorang
pejabat distrik Zhangpu yang tak mau disebutkan namanya.
Sementara seorang polisi, yang juga tak mau disebutkan namanya,
mengatakan keluarga Hong Bingsheng khawatir rumah dan tanah mereka juga
terkena penggusuran karena berada dekat lokasi pembangunan.
Sumber : Daily Mail